Kajian 3 Jurnal

 

Jurnal 1

 

MOTIF TRADISI WAYANG KHAS BALI PADA PENCIPTAAN SENI KERAMIK

 

Jika melakukan pengkajian ulang menggunakan teori semiotika, banyak hal yang bisa diambil dari jurnal tersebut. Keramik yang dibuat dengan dengan tokoh-tokoh yang diambil dari Ramayana maupun Mahabarata. Dengan mengambil tokoh-tokoh tersebut, ukiran yang akan ditungakan dalam keramik tersebut akan sedikit lebih rumit dari biasanya, dikarenakan potongan-potongan keramik yang harus menjadi satu kesatuan agar, jika dipasang keramik tersebut dapat menjelaskan cerita wayang yang dimaksudkan. Macam-macam ukiran tersebut bisa menjadi salah satu keramik terbaik dan bisa menjadi pembeda dari banyaknya ukiran keramik yang bernuansa China, yang tidak asing dengan warna merahnya dan ukiran naga.

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1848548

 

Jurnal 2

 

PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA DUA DIMENSI ABSTRAKSI FIGUR TOKOH PEWAYANGAN DENGAN TEKNIK CBT (CETAK BENANG TARIK)

 

Teknik tarik benang ini merupakan cara membuat kreasi hasil gambar bebas yang dilakukan dengan mencelupkan benang ke dalam adonan pewarna dan meletakkan benang yang sudah dicelupkan ke dalam adonan pewarna jika ingin menghasilkan warna yang bermacam-macam, lakukan ke dalam empat warna yang ada.atau ingin membuat warna baru bisa bereksperimen membuat warna baru dan meletakkan benang kedalam pewarna. Dengan Teknik ini tokoh yang akan dihasilkan akan menimbulkan sisi padat dan tipisnya di selembar kertas tersebut, jika menggunakan 2 atau 3 warna, maka pencampuran warnanya akan lebih natural. Dengan Teknik ini kita juga harus mengkontrol daya tekan pada tangan agar tali yang akan ditarik dapat menghasilkan figur yang diinginkan.

 

https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=en&user=RQl7TDYAAAAJ&citation_for_view=RQl7TDYAAAAJ:_FxGoFyzp5QC

 

Jurnal 3

Wayang untuk Dalang Multi Level Usia Sebagai Wahana Pelestarian Seni Tradisional

 

Lima macam format boneka wayang kulit purwa dapat dihasilkan untuk diterapkan kepada dalang anak-anak, anak, remaja awal, remaja akhir, dan dewasa, yaitu: (1) Wayang kaper, untuk dalang tingat anak-anak; (2) Wayang kidangkencanan untuk dalang tingkat anak; (3) Wayang jaranan, untuk dalang tingkat remaja awal; (4) Wayang banthèngan, untuk dalang tingkat remaja akhir; dan (5) Wayang gajahan, untuk dalang tingkat dewasa. Kelima jenis wayang ini dapat dipakai sebagai wahana untuk pelestarian seni tradisional, karena memiliki kesesuaian format fisik dan jiwanya.

 

Wayang-wayang ini dibagi sesuai dengan tingkat kebutuhan umurnya. Jika menggunakan wayang kaper yaitu wayang yang digunakan pada tingkatan dalang anak-anak maka tokoh yang biasa digunakan yaitu tokoh anak yang lebih simple atau jika hewan maka hewan-hewan yang mudah ditangkap bentuk wujudnya oleh anak-anak pula. Umumnya warna yang digunakan akan lebih cerah dari wayang biasanya serta bentuk yang mudah dan jelas jika dilihat oleh anak-anak yang akan menggunakannya.

 

https://ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC/article/view/7019

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA YANG DITERIMA SETIAP HARI

Thumbnail Lorong Waktu Si AA

15 Jurnal (Kelompok Thumbnail Loworng Waktu si AA)